Change Your Language

 

Perkembangan Sejarah Obat

0 komentar
 Obat di deefinisikan sebagai senyawa zat, baik kimiawi ,hewani maupun nabati ,yang di gunakan dalam dosis yang tepat untuk menyembuhkan, meringankan atau mencegah penyakit berikut gejalanya ,juga untuk mendiagnosa penyakit/gangguan, atau menimbulkan kondisi tertentu.

 Kebanyakan obat yang di gunakan di masa lampau adalah obat yang berasal dari tanaman. Dengan cara mencoba-coba, secara empiris orang purba mendapatkan pengalaman dengan berbagai macam daun atau akar tumbuhan  untuk menyembuhkan penyakit.
     
 Obat yang pertama digunakan adalah obat yang berasal dari tanaman yang di kenal dengan sebutan obat tradisional (jamu). Hal ini dianggap kurang memuaskan, maka lambat laun ahli-ahli kimia mulai mencoba mengisolasi zat-zat aktif yang terkandung dalam tanaman sehingga menghasilkan serangkaian zat-zat kimia sebagai obat misalnya efedrin dari tanaman Ephedra vulgaris, atropin dari Atropa belladona, morfin dari Papaver somniverum ,dll.


 Pada abad 20 mulailah dibuat obat-obat sintesis misalnya asetosal, disusul kemudian dengan sejumlah zat-zat lainnya. Pendobrakan sejati baru tercapai dengan penemuan dan penggunaan obat-obat kemoterapetik sulfanilamid (1935) dan penisillin (1940). Penemuan-penemuan baru menghasilkan lebih dari 500 macam obat setiap tahunnya, sehingga obat-obat kuno semakin terdesak oleh obat-obat baru.





sumber : Buku Farmakologi kelas X | Pilar Media
Read more...

Farmakognosi "Simplisia CORTEX"

0 komentar

CORTEX
NoNama SimplisiaNama LainNama Tanaman AsalZat BerkhasiatPenggunaan
1ALSTONIAE CORTEXKulit PuleAlstonia scholarisAlstoninaAntipiretik ,Stomakik,
Antidiabet ,Anthelmintik
2ALYXIAE CORTEXPulasariAlyxia reindwardtiiKumarinAromatika ,Karminativa
Antipiretika
3PARAMERIAE CORTEXKulit Kayu RapatParameria laevigataTaninAdstringensia
4BURMANI CORTEXKulit Kayu Manis PadangCinnamomum BurmaniSinamil aldehid,Diaforetik ,Anti Iritansia
Sinamil AsetatKarminativa , Aromatika
5CINNAMOMI CORTEXKulit Kayu ManisCinnamomumSinamilaldehidaKarminativa
zeylanicum
6LITSEAE CORTEXKulit KrangeanLitsea cubebaSitral ,LimonenKarminativ ,Spasmolitik
Stomakik
7CINCHONAE CORTEXKulit KinaCinchona succirubraAlkaloida Kinina ,Antipiretika, Amara,Antimalaria
Sinkonina, Sinkodina,
Kinidin
8GRANATI PERCARPIUMKulit Buah DelimaPunica granatumTanin ,PeletrinaAdstringen usus ,
Antidiare,Anthelmintika
9SYMPLOCY CORTEXKulit SariawanSymplocos GlukosidaAntisariawan
odoratissimasymplokosin
10SYZYGII JAMBOLANI CORTEXKulit JamblangSyzygium jambolanumJambulol ,jambolisinAdstringen,O.Diabetes,
Emenagoga
Read more...

Farmakognosi "Simplisia RADIX"

0 komentar
RADIX     
No.Nama SimplisiaNama LainNama Tanaman AsalZat BerkhasiatPenggunaan
1CATHARANTHI RADIXAkar Tapak DaraCatharanthus roseusVindesin ,Vinkristin,Emenagoga ,O.Diabetes,
    VinblastinO.Kanker (Darah)
2RAUWOLFIAE SERPENTINAE RADIXAkar PulepandakRauwolfia serpentinaSerpentina,reserpinaAntihipertensi ,
     Neuropsikhiatrik
3DERRIDIS RADIXAkar TubaDerris EllipticaRotenonRacun [Panah,ikan] ,
     Skabicida,Insektisida
4GLYCYRRHIZAE RADIXAkar ManisGlycyrrhiza glabraGlisirizinEkspektoran, Pengisi/
     Pembalut Pil (akar serbuk)
5EURYCOMAE RADIXAkar PasakbumiEurycoma longifoliaEurikomolakton ,Diuretika ,Antipiuretika,
    EurikomanolAprodisiaka
6IPECACUANHAE RADIXAkar MuntahCephaelis ipecacuanhaAlkaloid EmetinaJml Kecil : Amara
     Jml Sedang : Ekspektoran
     Jml Besar : Emetika
7PANACIS RADIXGinsengPanax ginsengGinsengnosidaAmara,Stimulansia,
     Aprodisiaka
8RHEI RADIXKelembakRheum officinaleRhein ,Aloe emodin,Laksativa ,Antispasmodik
    Asam krisofanatAntipiuretika
9VALERIANAE RADIXAkar ValerianValeriana officinalisValerianinSedativa
10VETIVERIAE RADIXAkar WangiVetiveria zizanoidesVetiverat ,Vetiven,Aromatika ,Diaforetika
    Vetiveron
Read more...
0 komentar
Blog ini akan membantu anda semua untuk mengetahui informasi dan pembahasan tentang pelajaran-pelajaran ke farmasian ,,anda juga bisa berdiskusi di blog ini. Saya mohon kerja sama nya. Terima Kasih
Read more...

TETES TELINGA ERLAMYCETIN CHORAMPHENICOL

0 komentar

Komposisi
ERLAMYCETIN tetes telinga mengandung Chloramphenicol base 1% dalam larutan tetes telinga.

Cara Kerja Obat
Chloramphenicol adalah antibiotika spektrum luas, bekerja sebagai bakteriostatik terhadap beberapa spesies, dan pada keadaan tertentu bekerja sebagaibakterisida.

Indikasi
Infeksi superfisial pada telinga luar oleh bakteri gram positif atau gram negatif yang peka terhadap chloramphenicol.

Kontraindikasi
1.      Bagi penderita yang sensitif terhadap Chloramphenicol.
2.      Perforasi membran timpani.

Cara Pemakaian
Teteskan kedalam lubang telinga 2 – 3 tetes, 3 kali sehari. Atau menurut petunjuk dokter.

Kemasan
Botol @ 10 ml.

Peringatan dan Perhatian
1.      Hindarkan penggunaan jangka panjang karena dapat merangsang hipersensitivitas  dari superinfeksi oleh kuman yang resisten.
2.      Obat tetes ini hnya bermanfaat untuk infeksi yang sangat superfisial. Infeksi yang dalam memerlukan terapi sistemik.

Efek Samping
Iritasi lokal seperti gatal, rasa panas, dermatitis vesikuler dan mokulopapular.

HARUS DENGAN RESEP DOKTER
Read more...

INERSON® Salep Preparat Kortikosteroid Untuk Kulit

0 komentar

Komposisi
Tiap gram salep mengandung
Desoximetasone         2,5 mg

Khasiat
INERSON® mengandung Desoximetasone, suatu kortikosteroid yang mempunyai khasiat sebagai antiflogistik, antipuritik.

Indikasi
Berbagai macam eksema, dermatitis dan psoriasis.

Kontraindikasi
1.      Penderita yang hipersensitif terhadap Desoximetasone.
2.      Reaksi kulit terhadap vaksinasi, T.B.C kulit.
3.      Penyakit kulit karena virus

Efek Samping
Pada pengobatan jangka panjang dengan preparat yang mengandung kortikosteroid, dapat timbul gejala – gejala hipopigmentasi, atropi kulit dan stria.
Kadangkala juga terjadi iritasi kulit seperti rasa gatal dan rasa panas.

Peringatan Dan Perhatian
1.      Cegah penggunaan pada mata
2.      Hindari pemakaian yang luas ata lama pada kehamilan.
3.      Bila terjadi reaksi iritasi, hentikan pengobatannya.
4.      Pengobatan pada daerah kulit yang luas dan/atau jika digunakan dalam waktu yang lama, dapat timbul efek sistemik yang disebabkan oleh penyerapan kortikosteroid melalui kulit.

Aturan Pakai
Oleskan tipis – tipis, sehari 2-3 kali pada tempat yang gatal, lalu gosok secara merata.

Kemasan
Tube berisi 15 g netto
Reg. No. : DKL8817605230A1

HARUS DENGAN RESEP DOKTER

SIMPAN DIBAWAH SUHU 300 C
TERLINDUNG DARI CAHAYA
JANGAN DISIMPAN DALAM LEMARI PEMBEKU

Diproduksi oleh:
PT. Interbat
Jl. H.R.M Mangundiprojo no.1
Buduran, Sidoarjo-61252
Jawa Timur, Indonesia
Read more...

INERSON® Ointment

0 komentar
Composition
Each gram ointment contains :
Desoximetasone                      2.5 mg
Actions
INERSON® contains Desoximetasone, a corticosteroid with antiphlogistic, antipruritic effects.
Indications
Various types of eczema, dermatitis and psoriasis.
Contraindications
  • Patients hypersensitive to Desoximetasone.
  • Skin reaction due to vaccinations, dermal tuberculous.
  • Skin infections caused by virus.
Adverse Reactions
Prolonged use of corticosteroid preparation may cause hypopigmentation, dermal atrophy and striae.
In rare cases, skin irritation may occur such as itching and burning.
Precautions/Warning
1.      Not recommended for opthalmic use.
2.      Do not use pregnant women in large amounts or for prolonged periods.
3.      If irritation develops, topical corticosteroid should be discontinued.
4.   If therapy is applied to large areas of the body and for long periods of time, systemic effects of the corticosteroid may occur due to skin absorption.
Dosage And Administrations
A thin layer should be applied to cover the affected area 2-3 times daily.
Presentation
Box contains 1 tube of net 15 g
Reg. No.:DKL8817605230A1

ON MEDICAL PRESCRIPTION ONLY
STORE BELOW 300 C
PROTECT FROM LIGHT
DO NOT FREEZE

Manufactured by:
PT. Interbat
Jl. H.R.M. Mangudiprojo no. 1
Buduran, Sidoarjo-61252
East Java, Indonesia
Read more...

Farmoten® Captopril Tablet

0 komentar
Composition
Farmoten®12,5
Each tablet contains :
Captopril 12, 5 mg
Farmoten® 25
Each tablet contains :
Captopril 12, 5 mg
Farmoten® 50
Each tablet contains :
Captopril 12, 5 mg

Pharmacology
Farmoten® acts on renin angiotensin by inhibiting the conversion of relatively non-active angiotensin I to active angiotensin II (angiotensin-converting enzyme inhibitor). Farmoten®
 Is an antihypertensive agent which is also, effective for the treatment of heart failure. The combination with thiazide gives an additive lowering of blood pressure, whereas the combination with β-blocker has less additive effect.

Indications
  • Treatment of moderate to severe to severe hypertension which does not respond to other combination therapy. Farmoten® can be used alone and in combination with other antihypertensive agent, eg thiazide.
  •  For treatment of heart failure in patients who have not responded adequately to treatment with diuretic and digitalis, in this therapy combination of Farmoten® with diretic and digitalis is commonly prescribe.


Dosage And Administration
Farmoten® should be given 1 hr before meals.
Adults
  • Hypertension initial dose 12,5-25 mg 2-3 times a day. If lowering of blood pressure is not ssatifactory in 2 weeks after treatment, dose can be increased up to 50 mg 2-3 times a day.
  •  Mild to moderate hypertension : dosage should not be more than 150 mg/day.
  • Severe hypertension : maximum permissible dose is up to 450 mg/day.
  • Heart failure : initial dose is usually 25 mg 3 times a day, but it is advisable to commence with 12,5 mg 3 times a day.

Warning And Precautions
  • Patients with signs of prior renal disorder may develop proteinuria and hyperkalaemia.
  • Combination with potassium-sparing diuretics must be used with caution.
  • Caution should be exercised when prescribing Captopril to patients with coronary heart deasese.
  • Caution should be taken when administered to patients with aortic stenosis or outflow tract obstruction.
  • Rotine blood test is required at the beginning of therapy as neutropenia may develop.
  • Use in pregnancy & lactation : Captopril can cause fetal and neonatal morbidity and mortality when administered to pregnant women. If patients become pregnant during therapy with captopril, treatment must be discontined immediately. Administration during the 2nd or 3rd trimesters of pregnancy has been associated with fetal and nonatal injury including hypotension, neonatal skull apoplexy, anuria, reversible and irreversible renal failure and death.
  • Oligohydramnios, craniofacial deformity, hypoplastic lung development, premature birth, intrauterine growth retardation and patent ductus arterious have been reported.
  • Babies born from mothers who received ACE inhibitor therapy during pregnancy must be under intensive obserbation because of the possibility of hypotension, oligouria and hyperkalaemia. Caution should be observed in nursing mothers.
  • Use in children caution should be exercised when administered to children since the safe use and efficacy of captopril for these patient has not been established yet.


Side Effect
  • Maculopapular rash often with pruritus and fever has been reported in about 10 % of patients receiving captopril.
  • These side effects are usually mild and diapear in a few days after reduction of capropril dosage.
  • Transient taste alteration is found in 70% of patients receiving captopril and will disappear without discontinuing captopril therapy.
  • Proteinuria developed in 0,5% of patients receiving > 1 g of captopril daily and in 1,2% of patients who had evidence of prior renal disease. Proteinuria subsided eventhough therapy was not interrupted. Proteinuria usually occurred by the 8th month of therapy, therefore it is advisable to have urinay protein checked prior to treatment and periodically thereafter for the first 8 months of therapy.
  • Mild potassium retention may develop particulary in patients with renal disorder: therefore, if combination therapy with potassium-retaining diuretics is required, it must be administered cautiously.
  •  Neutropenia and agranulocytosis;  gastrointestinal disturbances, eg nausea and vomiting.
  • Elevation of BUN (blood urea nitrogen) and serum creatine; paresthesias, serum disorder, bronchospasm, lymphadenopathy, cough.


Contraindications
Patients hypersensitive to captopril

Drug Interactions
  • Combination therapy with diuretics can produce hypotension within the first 1-3 hrs after initial dose. This hypotensive effect can be minimised by either discontining the diuretic or increasing the salt intake approximately 1 week prior to initation of treatment with captopril.
  • This transient hypotensive response may not occur in the subsequent doses and diuretics can be administered if necessary.
  • Concomitant use of captopril with “potassium-increaseing agents” (salt/potassium-substitutes, potassium-sparing agent), eg spionolactone, triaterene and amiloride may cause the development of hyperkalaemia.
  • Concomitant administration with renin-releasing agent or other antihypertensivedrugs may produce additive hypotensive effect.
  • Concomitant use with vasodilating agents may produce additive hypotensive effect.
  • Caution should be taken when administered together with sympathomimetic agents since blood pressure may be increased. Hypotensive effects is diminished by indomethacin, salicylates and NSAIDS.


Storage
Store below 300C

Presentation
Farmoten®12.5    : Box of 10 strips @ 10 tablets. Reg. No. DKL9131501810B1
Farmoten®25       : Box of 10 strips @ 10 tablets. Reg. No. DKL9131501810A1

ON MEDICAL PRESCRIPTION ONLY

Manufactured by
PT. PRATAPA NIRMALA
Tanggerang – Indonesia
FAHRENHEIT
Read more...

Sakit Saat Haid Yang Di Alami Seorang Wanita

0 komentar

Sakit atau nyeri haid merpakan masalah yang umum dialami wanita, terutama remaja yang baru mengalami haid. Sakit saat haid menimbulkan rasa kaku dan nyeri di bagian bawah perut dan bagian belakang. Nyeri haidterjadi karena saat haid hormon – hormon akan dilepaskan untuk mengerutkan otot rahim. Bila rahim terlalu dikerutkan, pengaliran darah dan oksigen ke otot – otot menjadi kurang dan menyebabkan nyeri haid. Masalah nyeri haid ini akan berkurang seiring dengan meningkatnya usia.
Read more...

BETASON – N KRIM

0 komentar
Komposisi
Tiap gram krim mengandung :
Betametason – 17 – valerat     1 mg
Neomisin sulfat                      5 mg

Sifat – sifat
Betametason adalah suatu 9-fluorokortikosteroid, yaitu suatu senyawa dari golongan kortikosteroid yang paling efektif untuk pengobatan kulit.
Neomisin dikenal sebagai suatu antibiotik yang aktif terhadap sejumlah besar bakteri yang umumnya menyertai radang kulit.

Indikasi
Betason – N krim sangat berguna untuk mengobati penyakit kulit yang menimbulkan radang akut maupun sub-akut seperti :
Eksema
Eksema infatil
Dermatitis atopik
Dermatitis herpetiformia
Dermatitis kontak
Alergi, misalnya peka terhadap bubuk sabun atau zat – zat kimia lain
Dermatitis venenata
“seborrhoeic dermatitis”
Neurodermatitis
Psoriasis
Infertigo
Gangguan – gangguan yang menyertai penyakit kulit akan segera lenyap setelah pengobatan dengan Betason-N krim dimulai. Hal ini disebabkan karena efek anti radang yang kuat dari obat tersebut. Adanya neomisin dalam Betason-N krim menjamin penyembuhank infeksi skunder yang umumnya menyertai radang – radang kulit.

Cara pemakaian
Menurut petunjuk dokter, umumnya:
3 – 4 kali sehari dioleskan pada bagian kulit yang sakit

Perhatian
Betason-N krim tidak ditujukan bagi penderita tuberkulosis kulit
Betason-N krim tidak boleh digunakan pada mata atau pada kulit yang berdekatan dengan mata.
Seperti halnya krim dengan kortikosteroid lain yang zat berkhasiatnya mudah diresorpsi melalui kulit, bagi penderita yang harus menjalankan pengobatan jangka panjang supaya diperhatikan efek – efek sistemik dari kortikosteroid yang sangat kuat ini.

Kemasan :
Tube @ 5 gram (No. Reg : DKL.7212424629.A.1)
Simpan ditempat yang terlindung dari cahaya
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
PT. Kimia Farma

Iso 9001 : 2008
Read more...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 

 
Copyright © 2013. Medica Farma - All Rights Reserved