Change Your Language

 

Captopril

0 komentar

Komposisi
Setiap tablet mengandung kaptopril 12,5 mg.
Setiap tablet mengandung kaptopril 25   mg.
Setiap tablet mengandung kaptopril 50   mg.

Cara Kerja Obat
Kaptopril merupakan obat antihipertensi dan efektif dalam penanganan gagal jantung dengan cara supresi sistem renin angiotensin sidosteron.
Renin adalah enzim yang dihasilkan ginjal dan bekerja pada globulin plasma untuk memproduksi angiotensin I yang bersifat inaktif. “Angiotensin Converting Enzyme” (ACE), akan merubah angiotensin I menjadi angiotensin II yang bersifat aktif dan merupakan vasokonstriktor endogen serta dapat menstimulasi sintesa dan sekresi aldosteron dalam korteks adrenal.
Peningkatan sekresi aldosteron akan mengakibatkan ginjal merentensi natrium dan cairan, serta meretensi kalium. Dalam kerjanya, kaptopril akan menghambat kerja ACE, akibatnya pembentukan angiotensin II terhambat, timbul vasodilatasi, penurunan sekresi aldosteron sehingga ginjal mensekresi natrium dan cairan serta mensekresi kalium. Keadaan ini akan menyebabkan penurunan tekanan darah dan mengurangi beban jantung, baik ‘afterload’ maupun ’fre-load’, sehingga terjadi peningkatan kerja jantung. Vasodilatasi yang timbul tidak menimbulkan reflek takikardia.

Indikasi
Untuk hipertensi berat hingga sedang, kombinasi dengan tiazida memberikan efek aditif, sedangkan kombinasi dengan beta bloker memberikan efek yang kurang aditif. Untuk gagal jantung yang tidak cukup responsif atau tidak dapat dikontrol dengan diuretik dan digitalis, dalam hal ini pemberian kaptopril diberikan bersama diuretik dan digitalis.

Dosis
Kaptopril harus diberikan 1 jam sebelum makan, dosisnya sangat tergantung dari kebutuhan penderita (individual).
Dewasa
Hipertensi : dosis awal : 12,5 mg tiga kali sehari.  
Bila setelah 2 minggu, penurunan tekanan darah masih belum memuaskan maka dosis dapat ditingkatkan menjadi 25 mg tiga kali sehari. Bila setelah 2 minggu lagi, tekanan darah masih belum terkontrol sebaiknya ditambahkan obat diuretik golongan tiazida misal hidroklorotiazida 25 mg setiap hari.
Dosis diuretik mungkin dapat ditingkatkan pada interval satu sampai dua minggu. Maksimum dosis kaptopril untuk hipertensi sehari tidak boleh lebih dari 450 mg.
Gagal jantung 12,5 mg – 25 mg tiga kali sehari, diberikan bersama diuretik dan digitalis, dari awal terapi harus dilakukan pengawasan medik secara ketat. Untuk penderita dengan gangguan fungsi ginjal dosis perlu dikurangi disesuaikan dengan klirens kreatinin penderita.

Peringatan dan Perhatian
Keamanan penggunaan pada wanita hamil belum terbukti, bila terjadi kehamilan selama pemakaian obat ini, maka pemberian obat harus dihentikan dengan segera.
Harus diberikan dengan hati – hati pada wanita menyusui, pemberian ASI perlu dihentikan karena ditemukan kadar dalam ASI lebih tinggi daripada kadar dalam darah ibu.
Pemberian pada anak – anak masih belum diketahui keamanannya,  sehingga obat ini hanya diberikan bila tidak ada obat lain yang efektif.
Pemakaian pada lanjut usia harus hati – hati karena sensitivitasnya terhadap efek hipotensif.
Hati – hati pemberian pada penderita penyakit ginjal.
Pengobatan agar dihentikan bila terjadi gejala – gejala angiodema seperti bengkak mulut, mata, bibir, lidah, laring juga sukar menelan, sukar bernafas dan serak.
Konsultasikan ke dokter bila menggunakan suplemen potassium, potassium sparing diuretic dan garam – garam potassium.
Pemakaian obat penghambat ACE pada kehamilan dapat menyebabkan gangguan/klainan organ pada fetus atau neonatus, bahkan dapat menyebabkan kematian fetus atau neonatus.
Pada kehamilan trimester II dan III dapat menimbulkan gangguan antara lain : hipotensi, hipoplasia tengkorak neonatus, anuria, gagal ginjal reversible atau ireversible dan kematian. Juga dapat terjadi oligohidramnios, deformasi kraniofasial, perkembangan paru hipoplasi, kelahiran prematur, perkembangan retardasi – intrauteri, paten duktus arteriosus.
Bayi dengan riwayat dimana selama di dalam kandungan ibunya mendapat pengobatan penghambat ACE, harus diobservasi tentang kemungkinan terjadinya hipotensi, oligouria dan hiperkalemia.
Efek Samping
Kaptopril menimbulkan proteinuria lebih dari 1 g sehari pada 0,5 % penderita dan pada 1,2 % penderita dengan penyakit ginjal. Dapat terjadi sindroma nefrotik serta membran glomerulopati pada penderita hipertensi. Karena proteinuria umumnya terjadi dalam waktu 8 bulan pengobatan maka penderita sebaiknya melakukan pemeriksaan protein urin sebelum dan setiap bulan selama 8 bulan pertama pengobatan.
Neutropenia/agranulositosis terjadi kira – kira 0,4 % penderita. Efek samping ini terutama terjadi penderita dengan gangguan fungsi ginjal. Neutropenia ini muncul dalam 1 – 3 bulan pengobatan, pengobatan agar dihentikan sebelum penderita terkena penyakit infeksi. Pada penderita dengan resiko tinggi harus dilakkukan hitung leukosit sebelum pengobatan, setiap 2 minggu selama 3 bulan pertama pengobatan dan secara periodik. Pada penderita yang mengalami tanda – tanda infeksi akut (demam, faringitis) pemberian kaptopril harus segera dihentikan karena merupakan petunjuk adanya neutropenia.
Hipotensi dapat terjadi 1 – 1,5 jam setelah dosis pertama dan beberapa dosis berikutnya, tapi biasanya tidak menimbulkan gejala atau hanya menimbulkan rasa pusing yang ringan. Tetapi bila mengalami kehilangan cairan, misalnya akibat pemberian diuretik, diet rendah garam, dialisis, munta, diare, dehidrasi maka hipotensi tersebut menjadi lebih berat. Maka pengobatan dengan kaptopril perlu dilakukan pengawasan medik yang ketat, terutama pada penderita gagal jantung yang umumnya mempunyai tensi yang normal atau rendah. Hipotensi berat dapat diatasi dengan infus garam faal atau dengan menurunkan dosis kaptopril atau diuretiknya.
Sering terjadi ruam pruritus, kadang – kadang terjadi demam dan eosinofilia. Efek tersebut biasanya ringan dan menghilang beberapa hari setelah dosis diturunkan.
Terjadi perubahan rasa (taste alteration), yang biasanya terjadi dalam 3 bulan pertama dan menghilang meskipun obat diteruskan.
Retensi kalium ringan sering terjadi, terutama pada penderita gangguan ginjal, sehingga perlu diuretik yang meretensi kalium seperti amilorida dan pemberiannya harus dilakukan dengan hati – hati.

Kontraindikasi
Penderita yang hipersensitif terhadap kaptopril atau penghambat ACE lainnya (misalnya pasien mengalami angioedema selama pengobatan dengan penghambat ACE lainnya).

Interaksi Obat
Alkohol
Obat anti inflamasi terutama indometasin.
Suplemen potassium atau obat yang mengandung potassium.
Obat – obat berefek hipotensi.
Read more...

Methylprednisolone

0 komentar
Komposisi:
Methylprednisolone 4
Tiap tablet mengandung :
Metilprednisolon 4 mg

Methylprednisolone 8
Tiap tablet mengandung :
Metilprednisolon 8 mg

Methylprednisolone 8
Tiap tablet mengandung :
Metilprednisolon 16 mg

Farmakologi
Metilprednisolon adalah glukokortikoid turunan prednisolon yang mempunyai efek kerja dan penggunaan yang sama seperti senyawa induknya. Metilprednisolon tidak mempunyai aktivitas retensi natrium seperti glukokortikosteroid yang lain.

Indikasi
Abnormalitas fungsi adrenokortikal, penyakit kolagen, keadaan alergi dan peradangan pada kulit dan saluran pernafaan tertentu, penyakit hematologik, hiperkalsemia sehubungan denga kanker.

Kontraindikasi
Infeksi jamur sistemik pada pasien hipersensitif.
Pemberian kortikosteroid yang lama merupakan kontraindikasi pada ulkus duodenum dan peptikum, osteoporosis berat, penderita dengan riwayat penyakit jiwa, herpes.
Pasien sedang diimunisasi.

Dosis
Dewasa
Dosis awal dari metilprednisolon dapat bermacam – macam dari 4 mg – 48 mg per hari, dosis tunggal atau terbagi, tergantung keadaan penyakit.
Dalam sklerosis multipel:
Oral 160 mg sehari selama 1 minggu, kemudian 64 mg setiap 2 hari sekali dalam 1 bulan.
Anak – anak
Insufisiensi adrenokortikal:
Oral 0,117 mg/kg BB atau 3,33 mg per m2 luas permukaan tubuh sehari dalam dosis terbagi tiga.
Indikasi lain
Oral 0,417 mg – 1,67 mg /kg BB atau 12,5 mg – 50 mg per m2 luas permukaan tubuh sehari dalam dosis terbagi 3 atau 4.

Peringatan dan perhatian
Tidak dianjurkan untuk wanita hamil dan menyusui, kecuali memang benar – benar dibutuhkan, dan bayi yang lahir dari ibu yang ketika hamil menerima terapi kortikosteroid ini harus diperiksa. Kemungkinan adanya gejala hipoadrenalism.
Pasien yang menerima terapikortikosteroid ini dianjurkan tidak divaksinasi terhadap smallpox, juga imunisasi lain terutama yang mendapat dosis tinggi, untuk mencegah kumungkinan bahaya neurologi.
Tidak dianjurkan untuk bayi dan anak – anak, karena penggunaan jangka panjang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak.
Jika kortikosteroid digunakan pada pasien TBC laten atau Tuberculin Reactivity perlu dilakukan pengawasan yang teliti sebagai pengaktifan kembali penyakit yang terjadi.
Ada peningkatan efek kortikosteroid pada pasien dengan hipotiroid dan sirosis.
Tidak dianjurkan penggunaan pada penderita ocular herpes simplex, karena kemungkinan terjadi perforasi kornea.
Pemakaian obat – obat ini dapat menekan gejala – gejala klinis dari suatu penyakit infeksi.
Pemakaian jangka panjang dapat menurunkan daya tahan tubuh terhadap infeksi penyakit.

Efek Samping
Efek samping biasanya terlihat pada pemberian jangka panjang atau pemberian dalam dosis besar, misalnya gangguan elektrolit dan cairan tubuh, kelemahan otot, retensi terhadap infeksi menurun, gangguan penyembuhan luka, meningkatnya tekanan darah, katarak, gangguan pertumbuhan pada anak – anak, insufisiensi adrenal, Cushing’s Syndrome, osteoporosis, tukak lambung.

Interaksi Obat
Berikan makanan untuk meminimumkan iritasi gastrointestinal.
Penggunaan bersama – sama antiinflamasi non-steroid atau antireumatik lain dapat mengakibatkan risiko gastrointestinal, perdarahan gastrointestinal.
Penggunaan bersama – sama dengan antidibetes harus dilakukan penyesuaian dosis.
Pasien yang menerima vaksinasi terhadap smallpox, juga imunisasi lain terutama yang mendapat dosis tinggi.
Read more...

Perinsip Penggunaan Obat Masa Kehamilan

0 komentar

a.       Sedapat mungkin hindari penggunaan obat terutama pada trimester pertama kehamilan. Upayakan terapi         non farmakologik.
b.      Obat hanya diberikan jika jelas diperlukan dengan pertimbangan manfaat dan risikonya.
c.       Hindari obat baru karena datanya masih terbatas.
d.      Pilih obat dengan profil keamanannya yang sudah diketahui.
e.       Utamakan monoterapi.
f.       Gunakan dengan dosis efektif yang terendah, tetapi tidak perlu juga diingat bahwa perubahan fisiologis ibu selama kehamilan akan mengubah farmakokinetika obat, sehingga pada beberapa obat mungkin perlu peningkatan dosis untuk mempertahankan kadar terapeutiknya.
g.      Gunakan obat dengan durasi sesingkat mungkin.
h.      Hindari obat yang bersifat teratogen pada wanita usia produktif.
i.        Jika obat yang digunakan diduga kuat dapat menyebabkan kecacatan, maka lakukan USG.
Read more...

Rifampicin

0 komentar

Komposisi
Tiap kaplet salut selaput mengandung rifampicin 450 mg
Tiap kaplet salut selaput mengandung rifampicin 600 mg

Farmakologi
Rifampicin merupakan antibiotik semisintetik yang mempunyai efek bakterisid terhadap mikobakteri dan organisme Gram positif. Pada dosis tinggi juga efektif terhadap organisme Gram Negatif. Mekanisme kerja adalah dengan menghambat sintesa RNA dan mikobakterium.

Indikasi
Untuk pengobatan tuberkulosa dalam kombinasi dengan antituberkulosis lain.
Untuk pengobatan lepra, digunakan dalam kombinasi dengna senyawa leprotik lain.

Kontraindikasi
Penderita yang hipersensitif terhadap obat ini.
Penderita jaundice, pofiria.

Dosis
Sebaiknya obat diminum 30 menit – 1 jam sebelum makan atau 2 jam sesudah makan.
Diberikan dalam dosis tunggal:
Tuberkulosa:
Dewasa
Berat badan > 50 kg : 600 mg sehari.
Berat badan < 50 kg : 450 mg sehari.
Untuk penderita dengan gangguan fungsi hati, dosis tidak boleh lebih dari 8 mg/kg BB.
Anak – anak (sampai usia 12 tahun) : 10 – 20 mg/kg BB (jangan melebihi 600 mg sehari).
Lepra:
Dosis yang dianjurkan adalah 10 mg/kg BB.
Dosis lazim pasien dengna berat 50 kg atau lebih adalah 600 mg perbulan dan dengan berat badan kurang dari 50 kg adalah 450 mg perbulan.

Efek Samping
Gangguan gastrointestinal dan gangguan fungsi hati.
Pernah dilaporkan timbulnya ikterus, purpura, reaksi kepekaan kulit.
Trombositopenia, leukopenia.
Dapat terjadi abdominal distress (ketidaknyamanan pada perut) dan pernah dilaporkan terjadinya kolitis pseudo membran.
Juga pernah dijumpai keluhan – keluhan seperti influenza (flu syndrome), demam, nyeri otot dan sendi.

Peringatan dan Perhatian
Pemberian pada penderita gangguan fungsi hati hanya jika diperlukan.
Pada pengobatan jangka panjang dianjurkan untuk melakukan pemerikasaan fungsi hati dan hitung jenis darah secara periodik.
Apabila ada tanda – tanda komplikasi serius, seperti gagal ginjal, anemia hemolitik, thrombositopenia atau kelainan fungsi hati maka pengobatan harus dihentikan.
Keamanan penggunaan pada wanita hamil dan menyusui belum jelas diketahui.
Rifampicin menyebabkan warna urin, feses, air mata, air ludah, keringat menjadi kemerah – merahan terutama pada permulaan pengobatan, sehingga perlu diberitahukan sebelumnya kepada pasien.
Rifampicin juga dapat menyebabkan pewarnaan yang menetap pada lensa kontak yang lunak.

Interaksi obat
Rifampicin menurunkan respons antikoagulansia, antidiabetik, kinidin, preparat digitalis, kortikosteroid, siklosporin, fenitoin, analgesik.
Penggunaan bersama PAS akan menghambat absorbsi, sehingga harus ada selang waktu  8 – 12 jam.
Rifampicin mengganggu efektivitas absorbsi tolbutamid, ketokonazole.

Over Dosis
Bila terjadi overdosis, lakukan pengosongan lambung segera dan berikan pengobatan seperlunya.
Read more...

Dexteem Plus®

0 komentar


Komposisi
Tiap tablet dexteem plus mengandung :
Dexchlorpheniramine Maleat                      2    mg
Dexamethazone micronised                        0,5 mg

Farmakologi:
Dexteem Plus merupakan kombinasi Dexchlorpheniramine Maleat dengan dexamethazone yang mempunyai daya anti inflamasi, antiallergi dan antihistamin.
Dexchlorpheniramine Maleat merupakan suatu antihistamin yang bekerja dengan cara menghambat pelepasan histamin dan mediator-mediator inflamatory yang lain dari mast cells dan Basofil.
Sebagai antihistamin dapat bermanfaat untuk mengobati reaksi hipersensitifitas atau keadaan lain dimana terjadi pelepasan histamin endogen.
Dexamethazone merupakan suatu kortikosteroid yang bekerja dengan mempengaruhi kecepatan sintesis protein. Molekul hormon memasuki sel jaringan yang responsif melalui membran plasma secara difusi pasif, kemudian bereaksi dengan reseptor protein yang spesifik dalam sitoplasma sel jaringan dan membentuk kompleks reseptor-steroid, kompleks ini mengalami perubahan konformasi, lalu bergerak menuju nukleus dan berikatan dengan kromatin. Ikatan ini menstimulasi transkripsi RNA dan sintesis protein spesifik. Induksi sintesis protein ini merupakan perantara efek fisiologik steroid.

Indikasi
Dexteem Plus berguna untuk mengatasi :
Kasus alergi dimana diperlukan terapi dengan kortikosteroid.

Kontra Indikasi
Penderita hipersensitif terhadap komponen dalam dexteem plus atau obat-pbat dengan struktur kimia yang serupa.
Bayi yang baru lahir dan prematur.
Penderita dengan infeksi jamur sistemik.
Penderita yang sedang mengalami terapi penghambat monoamine oksidase (MAO).
Penderita tukak lambung aktif, Herpes simplex pada mata.

Dosis
Dewasa dan anak diatas 12 tahun : dosis awal 1 tablet setiap 4-6 jam sehari sesudah makan dan sebelum tidur.

Efek Samping
Seperti halnya kortikosteroid lainnya a.l. gangguan keseimbangan elektrolit, muskuloskeletal, ophtalmik, metabolik dan psikiatrik, dermatologik, endokrin dan saluran pencernaan.
Seperti halnya antihistamin lainnya a.l. tasa kantuk yang ringan, mulut, hidung dan tenggorokan kering, retensi urunaria, gangguan gastrointestinal, sedasi, dizziness dan vertigo.

Perhatian/Peringatan
Hati-hati bila digunakan pada penderita, glaucoma, riwayat tukak lambung yang aktif atau kronis, hipertensi, osteoporosis, miastenia gravis, epilepsi, payah jantung, penderita dengan riwayat ulceratif kolitis, prostatism.
Bila diberikan pada penderita diabetes perlu diberikan penyesuaian dosis dari obat anti diabetik.
Dexamethason dapat menambah napsu makan sehingga dapat menambah berat badan.
Hati-hati bila digunakan pada penderita yang melakukan aktivitas yang memerlukan kewaspadaan, karena dapat menimbulkan rasa kantuk.
Pemakaian bersama alkohol, antidepresan trisiklik, barbiturat atau depresan SSP lainnya dapat mempotensiasi efek sedasi dari Dexteem Plus.
Tidak dianjurakan pemakaian pada wanita hamil dan menyusui karena keamanannya belum diketahui dengna pasti.
Pada penggunaan jangka panjang hindari penghentian secara tiba-tiba.
Pemakaian obat ini dapat menekan gejala-gejala klinis dari suatu penyakit.

Interaksi Obat
Pemakaian bersama antikoagulan dapat menaikkan atau menurunkan waktu protrombin. Dengan diuretik pendepresi kalium dapt meningkatkan resiko hipokalemia.
Pemakaina bersama-sama dengan :
Rifampicin, karbamazepin, fenobarbital, fenitoin, primidon, aminoglutetimid, barbital, mempercepat metabolisme dari kortikosteroid, (menurunkan efek)
Antidiabetik : antagonis terhadap efek hipoglikemia.
Karbinoxolon : meningkatkan resiko hipokalemia.
Pemakaian kortikosteroid dosis tinggi dengan fenoterol, pirbuterol, reproterol, rimiterol, ritodril, salbutamol dan terbutalin dalam dosis tinggi akan mengakibatkan hipokalemia.
Antihipertensi : antagonis terhadap efek hipotensi.
Read more...

Allopurinol

0 komentar
Komposisi
Tiap tablet mengandung alopurinol 100 mg

Cara kerja obat
Alopurinol adalah obat penyakit piyai (gout) yang dapat menurunkan kadar asam urat dalam darah. Alopurinol bekerja dengan menghambat xantin oksidase yaitu enzim yang dapat mengubah hipoxantin menjadi xantin, selanjutnya mengubah xantin menjadi asam urat. Dalam tubuh alopurinol mengalami metabolisme menjadi oksipurinol (alozatin) yang juga bekerja sebagai penghambat enzim xantin oksidase. Mekanisme kerja senyawa ini berdasarkan katabolisme purin dan mengurangi produksi asam urat, tanpa mengganggu biosintesa purin.

Indikasi
Gout dan hiprurisemia

Posologi
Dewasa :
Dosis awal 100 mg sehari dan ditingkatkan setiap minggu sebesar 100 mg sampai dicapai dosi optimal.
Dosis maksimal yang dianjurkan 800 mg sehari.
Pasien dengan gangguan ginjal 100-200 mg sehari
Anak 6-10 tahun :
Bila disertai penyakit kanker, dosis maksimal 300 mg sehari.
Anak dibawah 6 tahun:
Dosis maksimal 150 mg sehari.

Peringatan dan perhatian
Hati-hati pemberian pada penderita yang hipersensitif dan wanita hamil.
Hindari penggunaan pada penderita dengan gagal ginjal atau penderita dengan hiprurisemia asimptomatik.
Hentikan pengobatan dengan alopurinol bila timbul kemerahan kulit atau demam.
Penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan katarak.
Semalam pengobatan dianjurkan melakukan pemeriksaan mata secara berkala, hentikan penggunaan bila terjadi gejala kerusakan lensa mata.
Penggunaaan pada wanita hamil, hanya bila ada pertimbangan manfaat dibandingkan resikonya.
Alopurinol dapat meningkatkan frekuensi serangan artitis gout akut sehingga sebaiknya obat antiinflamasi atau kolkisin diberikan bersama pada awal terapi.
Hati-hati bila diberikan bersama dengan vidarabin.

Efek samping
Reaksi hipersensitivitas : ruam makulapapular didahului pruritus, urtikaria, eksfoliatif dan lesi purpura, dermatitis, nefritis, faskulitis, dan sindrome poliartritis, demam, eosinofilia, kegagalan hati dan ginjal, mual, muntah diare, rasa ngantuk, sakit kepala dan rasa logam.

Kontra indikasi
Alergi terhadap alopurinol.
Penderita dengan penyakit hati dan ”bone marrow suppression”.

Interaksi obat
Pemberian alopurinol bersama dengan azatioprin, merkaptopurin atau silofofamid, dapat miningkatkan efek toksik dari obat tersebut.
Jangan diberikan bersama-sama dengan garam besi dan obat diuretik golongan tiazida.
Dengan warfarin dapat menghambat metabolisme obat di hati. 
Read more...

Ketokonazole

0 komentar

Komposisi
Tiap tablet mengandung :
Ketokonazole               200 mg

Farmakologi
Ketokonazole adalah suatu  derivat imidazole-dioxolan sintesis yang memiliki aktivitas antimikotik yang poten terhadap dermatofit, ragi, misalnya Tricophyton sp, Epidermophyton floccosum, Pityrosporum sp, candida sp.
Ketokonazole bekerja dengan menghambat sitokorm P450 jamur, dengan mengganggu sintesis ergosterol yang merupakan komponen penting dari membran sel jamur.

Indikasi
Infeksi pada kulit, rambut dan kuku (kecuali kuku kaki) yang disebabkan oleh dermatofit dan/atau ragi (dermatofitosis, nikomikosis, Candida paronychia, pitiriasis vesikolor, pitiriasis kapatis, folikulitis, kandidosis mukokutan kronik),
Bila infeksi ini tidak dapat diobati secara topikal karena tempat lesi tidak di permukaan kulit atau kegagalan pada terapi topikal.
Infeksi ragi pada saluran pencernaan.
Kandidosis vagina kronik dan kandidosis rekuren. Pada terapi lokal penyembuhan infeksi yang kurang berhasil.
Infeksi mikosis sistemik seperti kandidosis sistemik, parakosidiodomikosis, histoplasmosis, koksidiodomikosis, blastomikosis.
Pengobatan profilaksis pada pasien yang mekanisme pertahanan tubuhnya menurun (keturunan, disebabkan penyakit atau obat), berhubungan dengan meningkatnya resiko infeksi jamur. Ketokonazole tidak dipenetrasi dengan baik ke dalam susunan saraf pusat. Oleh karena itu meningitis jamur jangan diobati dengan ketokonazole oral.

Kontra indikasi
Penderita hati akut atau kronik.
Hipersensitif terhadap ketokonazole atau salah satu komponen obat ini.
Pada pemberian per oral ketokonazole tidak boleh diberikan bersama-sama dengan terfenadin, astemizol, cisaprid dan triazolam.
Wanita hamil.

Dosis
Pengobatan kuratif.
Dewasa:
Infeksi kulit, gastrointestinal dan sitemik : 1 tablet (200mg) sekali sehari pada waktu makan. Apabila tidak ada reaksi dengan dosis ini, dosis ditingkatkan menjadi 2 tablet (400 mg) sekali sehari pada waktu makan.
Kandisosis vagina: 2 tablet (400 mg)sekali sehari pada waktu makan.
Anak-anak:
Tidak boleh digunakan untuk umur < 2 tahun.
Anak dengan berat badan kurang dari 15 kg : 20 mg 3 kali sehari pada waktu makan.
Anak dengan berat badan 15-30 kg: 100 mg sekali sehari pada waktu makan.
Anak dengan berat badan lebih dari 30 kg : sama dengan dewasa.
Pada umumnya dosis diteruskan tanpa interupsi sampai minimal 1 minggu setelah semua simtom hilang dan sampai kultur pada media menjadi negatif.

Pengobatan profilaksis:
1 tablet (200 mg) sekali sehari pada waktu makan.
Lama pengobatan:
Kandidosis vagina 5 hari.
Mikosis pada kulit yang disebabkan oleh dermatofit: kurang lebih 4 minggu.
Pitiriasis versikolor : 10 hari.
Mikosis mulut dan kulit yang disebabkan oleh kandida : 2 – 3 minggu.
Infeksi rambut : 1 – 2 bulan.
Infeksi kuku : 3 – 6 bulan bila belum ada perbaikan dapat dilanjutkan hingga 12 bulan.
Dipengaruhi juga dengan kecepatan pertumbuhan kuku, sampai kuku yang terinfeksi digantikan oleh kuku yang normal.
Kandidosis sistemik : 1 -2 bulan.
Parakoksidioidomikosis, histoplasmosis, koksidioidomikosis; lama pengobatan optimum 2-6 bulan.

Peringatan dan perhatian
Penting memberikan penjelasan kepada pasien yang diterapi untuk jangka panjang mengenai gejala penyakit hati seperti letih tidak normal disertai dengan demam, urin berwarna gelap, tinja pucat atau ikterus.
Faktor yang meningkatkan resiko hepatitis: wanita berusia diatas 50 tahun, pernah menderita penyakit hati, diketahui mempunyai itoleransi dengan obat, pemberian jangka lama dan pemberianobat bersamaan dengan obat yang mempengaruhi fungsi hati. Tes fungsi hati dilakukan pada pengobatan dengan ketoconazole lebih dari 2 minggu.
Apabila telah didiagnosis sebagai penyakit hati, pengobatan harus dihentikan.
Fungsi adrenal harus dimonitor pada pasien yang menderita insufisiensi adrenal atau fungsi adrenal yang “border line” dan pada pasien dengan keadaan stres yang panjang (bedah besar, intensive care, dll)
Tidak boleh digunakan untuk anak < 2 tahun.
Jangan diberikan pada wanita hamil, kecuali kemungkinan manfaatnya lebih besar dari resiko pada janin.
Kemungkinan dieksresikan dalam air susu ibu, maka ibu yang diobati dengan ketokonazole dianjurkan untuk tidak menyusui.

Efek samping
Dispepsia, nausea, sakit perut dan diare.
Sakit kepala, peningkatan enzim hati yang reversibel, gangguan haid, pusing parestesia dan reaksi alergi.
Trombositopenia, alopesia, peningkatan tekanan intrakranial yang reversibel (seperti papiledema, ”bulging fontanel” pada bayi).
Impotensi (sangat jarang).
Ginekomastia dan oligospermia yang reversibel bila dosis yang diberikan lebih tinggi dari dosis terapi yang dianjurkan
Hepatitis (kemungkinan besar idiosinkrasi) jarang terjadi (terlihat dalam < 1/10.000 penderita). Reversibel apabila pengobatan dihentikan pada waktunya.

Interaksi obat
Pemberian bersama-sama dengan terfenadin dan astemizol.
Absorpsi ketokonazole maksimal bila diberikan pada waktu makan. Absorpsinya terganggu kalau sekresi asam lambung berkurang, pada pasien diberi obat-obat penetral asam (antasida) harus diberikan 2 jam atau lebih setelah ketokonazole.
Pemberian bersama dengan rifampisin dapat menurunkan konsentrasi plasma kedua obat.
Pemberian bersama INH dapat menurunkan konsentrasi plasma ketokonazole, bila kombinasi ini diberikan bersama konsentrasi plasma harus dimonitor.

Over dosis
Tidak ada tindakan khusus yang harus diberikan. Hanya tindakan suportif yang perlu dilakukan seperti bilas lambung.
Read more...

Asam Mefenamat

0 komentar
Komposisi
Tiap kaplet salut selaput mengandung :
Asam Mefenamat 500 mg

Cara kerja obat
Asam Mefenamat merupakan kelompok antiinflamasi non steroid, bekerja dengan cara menghambat sintesa prostaglandin dalam jaringan tubuh dengan menghambat enzim siklooksigenase sehingga mempunyai efek analgesik, antiinflamasi dan antipiretik.

Indikasi
Meredakan nyeri ringan sampai sedang sehubungan dengan sakit kepala, sakit gigi, dismenore primer, termasuk nyeri karena trauma, nyeri otot dan nyeri sesudah oprasi.

Over dosis
Jika terjadi over dosis maka pasien harus dirangsang untuk muntah atau pasien diberi arang aktif (karbon adsorben) untuk menyerap obat.

Kontra indikasi
Pasien yang hipersensitif terhadap Asam Mefenamat.
Pasien yang dengan Aspirin mengalami bronkospasme, alergi rhinitis dan urtikaria.
Penderita dengan tukak lambung dan usus.
Penderita dengan gangguan ginjal yang berat.

Efek samping
Sistem pencernaan : mual, muntah, diare dan rasa sakit pada abdominal.
Sistem hematopoetik : leukopenia, eosinophilia, trompocytopenia, dan agranulocytopenia.
Sistem saraf : rasa mengantuk, pusin, penglihatan kabur dan insomnia.

Peringatan dan Perhatian
Sebaiknya diminum sesudah makan.
Hati-hati jika digunakan pada wanita hamil dan menyusui.
Keamanan penggunaan pada anak-anak dibawah 14 tahun belum diketahui dengan pasti.

Interaksi obat
Penggunaan bersamaan dengan antikoagulan oral dapat memperpanjang “prothrombin”.

Dosis Pemakaian
Dewasa dan anak-anak > 14 tahun :
Dosis awal : 500 mg, kemudian dilanjukan 250 mg tiap 6 jam sesuai dengan kebutuhan.
Read more...

Andalan®

0 komentar
Komposisi
Tiap Blister, mengandung 28 tablet salut gula:
21 tablet aktif mengandung Ethinylestradiol 0,03 mg dan Levonorgestrel 0,15 mg.
7 tablet plasebo mengandung sakarum laktis.

Cara kerja obat
Kombinasi oral kontrasepsi ini bekerja dengan menekan gonadotropin. Walaupun cara kerja primernya adalah menghambat ovulasi, membantu perubahan pada mukus serviks (sehingga sperma sulit masuk pada uterus) dan pada endometrium (yang mengurangi terjadinya implantasi).

Indikasi
Sebagai kontrasepsi oral untuk mencegah kehamilan.

Interaksi obat
Efek kontrasepsi oral berkurang bila penggunaan bersama-sama dengan antibiotik seperti : rifampisin, ampisilin, tetrasiklin, atau obat-obat lain seperti barbiturat, fenilbutazon atau fenitoin.
Kontrasepsi oral pada penyakit diabetik dapat mengurangi toleransi glukosa dan meningkatkan kebutuhan akan insulin atau obat-obat antidiabetik lainnya.

Kontra indikasi
Penderita yang mempunyai riwayat atau mengalami gangguan trombophlebitis atau tromboembolik.
Penyakit arteri serebrovaskuler atau koroner.
Dicurigai atau menderita kanker payudara.
Kanker endometrium atau diduga neoplasia estrogen-dependent.
Perdarahan abnormal genital yang belum diketahui penyebabnya.
Penyakit kuning selama kehamilan atau karena pengguaan obat kontrasepsi sebelumnya.
Diketahui atau diduga adanya kehamilan.
Hipersensitif terhadap komponen obat ini.

Peringatan dan perhatian
Bila metoda kontrasepsi oral ini digunakan untuk pertama kalinya, harus memakai tambahan cara pencegahan kehamilan tanpa hormon (kecuali pantang berkala dan pengukuran suhu badan) selama 14 hari pertama.
Sebelum memakai obat ini perlu dikonsultasikan terlebih dahulu dengna dokter.
Bila terjadi tanda-tanda proses tromboembolik, pengobatan harus segera dihentikan.
Merokok dapat meningkatkan resiko penyakit kardiovaskular, resiko ini meningkat dengan bertambahnya usia dan prokok berat. Wanita yang berumur lebih dari 35 tahun diharuskan berhenti meroko bila menggunakan kontrasepsi oral.
Pengguanaan kontrasepsi oral dapat meningkatkan resiko yang serius yaitu infark miokardia,
Tromboembolism, penyakit serebrovaskular,  stroke, hepatic neoplasia, kanker payudara, endometrium, ovarium dan kanker serviks, penyakit gallbladder (penyakit kelenjar gondok) dan hipertensi, walaupun resiko serius morbidity atau mortality sangat kecil pada wanita sehat. Resiko morbidity atau mortality meningkat secara bermakna dengan adanya faktor resiko seperti hipertensi, hiperlipidemia, obesitas dan diabetes.
Pasien perlu diberitahu bahwa obat ini tidak dapat melindungi dari infeksi HIV (AIDS).
Perlu dilakukan pemeriksaan terhadap tekanan darah, payudara, abdomen dan pelviks, termasuk cervical cytology dan test-test laboratorium secara periodik.
Wanita yang sedang diobati hiperlipidemia harus dimonitor karena progestogen dapat meningkatkan LDL level.
Pengobatan harus dihentikan bilatimbul penyakit kuning.
Kontrasepsi oral dapat menimbulkan retensi cairan.
Hati-hati bila digunakan pada wanita yang mempunyai riwayat depresi dan hentikan pengobatan bila timbul depresi serius.
Pemakaian kontrasepsi oral dapat mempengaruhi hasil test laboratorium tertentu.
Jangan digunakan pada wanita menyusui, karena obat ini (kontrasepsi oral) dieksresikan melalui ASI.
Hentikan penggunaan kontrasepsi oral bila terjadi penglihatan kabur/hilang.
Hentikan penggunaan obat kontrasepsi ini bila terjadi keadaan depresi serius.
Hati-hati pemberian pada penggunaan yang mempunyai riwayat depresi.

Efek samping
Efek samping yang serius yaitu thrombophlebitis, arterial thromboembolism, emboli pulmoner, infark miokardiym, perdarahan serebral, thrombosis serebral, hipertensi, penyakit galbladder, penyakit hati yang parah, atau tumor hati yang ganas.
Efek samping lain yang dapat terjadi; trombosis mesentrik, trombosis retinal, mual, muntah, kejang perut, breakthrough bleeding, spotting, perubahan haid, amenorhea, terjadi perubahan pada payudara, penyakit kuning kolestatikm, migrain, ruam, depresi mental, kandidiasis vagina.
Efek samping yang pernah dilaporkan, kongenital, anomalies, sindrom premenstrual, katarak, neuritis optik, perubahan nafsu makan, sakit kepala, gugup, pusing, hirsutisin, rambut rontok, eritema multiformis, eritema nodosum, erupsi hemoragik, vaginitis, porphyria, gangguan fungsi ginjal, jerawat, perubahan libido, kolitis, serebral vaskular, lupus-like syndrome, budd-chiari syndrome, Cystitis-like syndrome.

Over dosis
Dapat menimbulkan mual, dan “dan perdarahan putus obat”

Dosis dan cara pemakaian
Permulaan pemakaian : Tunggu sampai periode haid berikutnya. Mulailah minum ANDALAN®pada hari pertama siklus haid  (hari pertama perdarahan) dari bagian blister berwarna kuning (tablet plasebo) sesuai dengan dimulainya haid. Tekanlah, tablet sampai keluar melalui lapisan alumunium dan telan dengan sedikit air. Lanjutkan minum tablet tiap hari mengikuti tanda panah sampai semua tablet dalam blister habis. Hendaklah tablet diminum pada waktu yang sama setiap hari.
Hentikan penggunaan obat dan segera memeriksakan ke dokter bila merasa sakit yang terus menerus pada kaki dan dada, kesukaran bernafas, sakit kepala, muntah-muntah, kesukaran melihat/berbicara, perasaan lumpuh atau lemah pada lengan atau kaki, murung, cepat tersinggung, muntah darah atau gejala-gejala lain yang tidak biasa.
Minum tablet tidak teratur, muntah atau gangguan pencernaan disertai diare, gangguan metabolisme individual yang sangat jarang atau penggunaan obat-obat tertentu secara bersamaan untuk jangka waktu yang panjang dapat mempengaruhi efek kontrasepsinya (gejala pertama yang mungkin terjadi; perdarahan antar haid). Bila anda sedang menggunaakan kontrasepsi hormonal lainnya atau anda ingin minum ANDALAN® segera setelah persalinan atau abortus, anda harus terlebih dahulu menghubungi dokter anda. Bila anda sedang menyusui, dianjurkan untuk konsultasi dengna dokter dahulu sebelum memutuskan minum ANDALAN®.
Bila terjadi perdarahan antar haid: bila terjadi perdarahan diluar kebiasaan dalam masa 3 minggu dimana anda sedang minum tablet diluar bagian blister berwarna kuning, maka minum tablet tidak boleh dihentikan. Perdarahan ringan biasanya akan berhenti dengan sendirinya. Namun demikian bila perdarahannya banyak mirip perdarahan haid, maka anda harus menghubungi dokter.
Bila lupa minum tablet pada waktu yang biasanya anda harus minum tablet yang terlupa itu, paling lambat dalam waktu 12 jam. Bila lebih dari 12 jam dari waktu yang biasa anda belum juga minum tablet, perlindungan dari kehamilan pada siklus tersebut mungkin berkurang. Dalam hal ini anda harus melanjutkan minum tablet berikutnya pada waktu yang biasa dan membuang saja tablet yang terlupa tersebut. Pada waktu yang bersamaan, tambahan cara pencegahaan kehamilan bukan hormon yang lain (kecuali pantang berkala dan pengukuran suhu badan) harus dilakukan sampai terjadi perdarahan. Tablet yang terlupa sama sekali tidak boleh diminum. Biasanya perdarahan akan  terjadi sewaktu anda minum tablet dari bagian berwarna kuning. Bila haid tidak kunjung datang, anda harus menghubungi dokter anda terlebih dahulu sebelum minum tablet ini.
Setelah berhenti minum tablet ANDALAN® organ-organ reproduksi biasanya akan bekerja penuh kembali sehingga kemampuan untuk hamil pulih kembali. Siklus haid yang pertama mungkin akan lebih panjang daripada biasanya. Bila siklus haid normal tidak terjadi setelah 2 atau 3 bulan pertama, anda harus menghubungi dokter.
Read more...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 

 
Copyright © 2013. Medica Farma - All Rights Reserved